Rizza
Mar’atus Sholikhah
Apa
yang Anda pahami dari sebuah kata internasional? Apakah internasional menurut Anda
adalah sebuah jangkauan yang melebihi batas negaranya sendiri?Atau internasional
hanyalah ilusi dari praktisi geografi dan ekonomi? Ya, keduanya memang bisa dibilang
perluasan makna dari internasional. Internasional
berarti mendunia, internasional berarti kaya. Kaya dari segi jangkauan dan pemikiran.
Dalam dunia ekonomi ada namanya World Trade, perdagangan bebas, sebagai wujud internasionalisasi ekonomi,
dimana sebuah negara bebas berjualan produk
buatannya ke negara lain tanpa syarat
yang memberatkan, hal ini sebagai upaya menginternasionalkan
produk dalamn negerinya juga membangun relasi negaranya. Dalam dunia pendidikan
kita tentu mengenal Sekolah Bertaraf Internasional, International Class Program
dsb. Dalam dunia enterainment tentu kita pernah mendengar istilah go international. Semua
ingin dikenal, tak hanya oleh negaranya tapi juga dunia. Kata internasional semakin sering terdengar bahkan
di kalangan masyarakat awam. Tak asing.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai kampus yang
juga berhajat go international, -menjadi yang nomor dua setelah Al-Azhar, itu yang
sering saya dengar- tentunya juga mempunyai
usaha yang cukup keras untuk menjadi internasional.
Mulai dari perbaikan sarana-prasarana, sampai program akademik dan pembiasaan mahasiswanya.
International Class Program yang dicanangkan FakultasTarbiyah dan Fakultas Syariah,
budaya berbahasa bilingual dan perbaikan
di segala lini membuktikan bahwa kampus ini serius dengan mimpinya.
Penyebutan nama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang oleh
Suryadharma Ali sebagai salah satu kampus islam yang akan menjadi World Class University bersama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentu menjadi kabar gembira bagi semua penduduk kampus ini, mimpi kita akan jadi nyata. Ya, bisa dibilang
dengan menjadi World Class University kampus
ini telah mempunyai kualitas yang setidaknya setara dengan kampus di luar negeri
sana baik secara kualitas dan sarana prasarana, penilaian Webometric yang dilakukan Kemenag telah membuktikan hal itu.
Saya sendiri berharap bahwa World Class University kampus ini tak hanya berhenti pada wacana saja
namun benar-benar menjadi nyata. Untuk membuatnya tak berhenti pada wacana,
tentu kita sebagai penduduknya jangan
hanya menunggu dan terlena. Semua harus bergerak. Pihak birokrasi memberikan dorongan
dan dukungan sepenuhnya, sarana- prasarana
kampus diperbaiki, dipercantik, hingga semuanya bisa memanfaatkannya secara maksimal,
membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan, pengembangan diri dan memperdalam keilmuan.
Para dosen, terus
berupaya berinovasi pada keilmuannya, meningkatkan profesionalitas akademisinya
juga memberikan penguatan pada mahasiswa-mahasiswanya. Tak terkecuali bagi para
pegawai dan mahasiswa.
Mahasiswa, sebagai penduduk kampus yang memiliki jumlah terbesar dibanding tenaga kepndidikan
dan para dosen tentu adalah peluru utama.
Mahasiswa sebagai insan yang berjiwa dan bertenaga muda, punya banyak pemikiran
cerdas, kualifikasi diri dan kuantitas
yang jauh melebihi tetuanya harusnya menjadi
pihak yang ikut berjuang menjadikan kampus ini internasional. Paradigma yang terbuka,
mau memperkaya keilmuan, mempertajam kemampuan diri, berprestasi, menjaga semua
fasilitas yang ada, menaati institusi dan terus membangun relasi adalah cara
yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dalam mendukung kampus ini.
Mendunia, menjadi World Class University bukan hadiah kejutan, yang datang tiba-tiba tanpa
diminta. Menjad World Class University adalah
penghargaan atas semua usaha yang telah kita bangun selama ini dari segala lini.
World Class University adalah cap bagi kampus yang mendapatkannya,
bahwa kampus tersebut pantas diadu dengan
kampus dari negara lain.
Bermimpi menjadi yang berkualitas internasional, tak
lantas membuat kita lupa bahwa kita punya ideentitas Ulul Albab dengan dzikir,
pikir dan amal sholehnya, kita punya 4 K. Kedalaman Spiritual, Keagungan
Akhlak, Keluasan Ilmu dan Kematangan Profesional. Itu identitas kita. Jika kampus
kita nanti benar-benar menjadi World
Class Unversity, kampus internasional, masihkah kita mengingat itu semua? Yang
internasional adalah kualitasnya, kualitas orang-orangnya dan lembaganya, yang
internasional adalah keilmuan kita, yang jauh melampaui batas negara, yang
internasional adalah pemikiran kita yang terbuka, menerima semuanya namun tak serta
merta mengamininya. Ada yang harus disortir
jika itu bertentangan dengan identitas kita. Bukan bertentangan dengan
ideology individu, tapi yang lebih utama adalah bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Hadist.
Negara ini tentu sudah banyak punya harapan yang
menggantung, Terwujud belum, tertolak pun tak pasti. Harapan akan kampus ini
dikukuhkan menjadi World Class Univerity tentu
tak akan kita biarkan menggantung begitu saja, kita harus menjemputnya, sesuai dengan
peran dan kemampuan kita masing-masing. World
Class University bukan sebuah pengukuhan yang hanya dibanggakan, tapi harus
diperjuangkan dan dipertanggungjawabkan. Karena
mata dunia akan melihat kita dengan kaca pembesar, menguliti semua yang ada sekecil-
kecilnya, sejelas- jelasnya. Sebelum semua
wacana itu menjadi nyata, mari bercermin. Pantaskah kita menerimanya? Sudah siapkah
kita menerima tantangan dunia? Mari bersiap.
*Mahasiswa
PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester 7
-------------------------------------------
Tulisan ini dimuat di Majalah Suara Akademika edisi Nopember-Januari
Tepat empat bulan sebelum akhirnya wisuda. Bolehlah ini jadi kenangan terakhir dari saya #tsahhh
Kalau kamu mahasiswa UIN Malang, bisa lho ngirim cerpen atau artikel kamu disini suaraakademika@gmail.com. Saya ngirim tanggal 30 November 2013.
Di suara akademika selalu ada tema tiap edisi dan batas akhir kirim tulisan. Jadi kamu pantengin deh pengumumannya. Biasanya di halaman terakhir bagian bawah.
Lagipula Suara Akademika dibagikan gratis kan? Jadi rugi banget kalau kamu nggak baca plus nggak berkontribusi. Sempat hopeless karena nggak ada informasi, eh ternyata dimuat juga
Ada honor 100.000 per halaman pasca cetak
Artikel ini dua halaman setengah jadi 250.000 ^_^
Honor bisa diminta langsung di kantor kemahasiswaan. Menemui Pak Sabar
Selamat berjuang di UIN Malang!
dari kakak tingkatmu angkatan 2010 ^_^
Salam Kenal
Rizza Nasir
-------------------------------------------
Tulisan ini dimuat di Majalah Suara Akademika edisi Nopember-Januari
Tepat empat bulan sebelum akhirnya wisuda. Bolehlah ini jadi kenangan terakhir dari saya #tsahhh
Kalau kamu mahasiswa UIN Malang, bisa lho ngirim cerpen atau artikel kamu disini suaraakademika@gmail.com. Saya ngirim tanggal 30 November 2013.
Di suara akademika selalu ada tema tiap edisi dan batas akhir kirim tulisan. Jadi kamu pantengin deh pengumumannya. Biasanya di halaman terakhir bagian bawah.
Lagipula Suara Akademika dibagikan gratis kan? Jadi rugi banget kalau kamu nggak baca plus nggak berkontribusi. Sempat hopeless karena nggak ada informasi, eh ternyata dimuat juga
Ada honor 100.000 per halaman pasca cetak
Artikel ini dua halaman setengah jadi 250.000 ^_^
Honor bisa diminta langsung di kantor kemahasiswaan. Menemui Pak Sabar
Selamat berjuang di UIN Malang!
dari kakak tingkatmu angkatan 2010 ^_^
Salam Kenal
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar