Minggu, 23 Februari 2014

Go International, Sebuah Identitas Impian




Rizza Mar’atus Sholikhah

Apa yang Anda pahami dari sebuah kata internasional? Apakah internasional menurut Anda adalah sebuah jangkauan yang melebihi batas negaranya sendiri?Atau internasional hanyalah ilusi dari praktisi geografi dan ekonomi? Ya, keduanya memang bisa dibilang perluasan makna dari internasional. Internasional berarti mendunia, internasional berarti kaya. Kaya dari segi jangkauan dan pemikiran.

Dalam dunia ekonomi ada namanya World Trade, perdagangan bebas, sebagai wujud internasionalisasi ekonomi, dimana sebuah negara bebas berjualan produk buatannya ke negara lain tanpa syarat yang memberatkan, hal ini sebagai upaya menginternasionalkan produk dalamn negerinya juga membangun relasi negaranya. Dalam dunia pendidikan kita tentu mengenal Sekolah Bertaraf Internasional, International Class Program dsb.  Dalam dunia enterainment tentu kita pernah mendengar istilah go international. Semua ingin dikenal, tak hanya oleh negaranya tapi juga dunia. Kata  internasional semakin sering terdengar bahkan di kalangan masyarakat awam. Tak asing.

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai kampus yang juga berhajat go international, -menjadi  yang nomor dua setelah Al-Azhar, itu yang sering saya dengar-  tentunya juga mempunyai usaha yang cukup keras untuk menjadi internasional. Mulai dari perbaikan sarana-prasarana, sampai program akademik dan pembiasaan mahasiswanya. International Class Program yang dicanangkan FakultasTarbiyah dan Fakultas Syariah, budaya berbahasa bilingual dan perbaikan di segala lini membuktikan bahwa kampus ini serius dengan mimpinya.

ADAKAH DOSA DI HARIKU BERSAMAMU?



Judul               : Dosa-dosa Istri Kepada Suami Yang Diremehkan Wanita

Penulis             : Oci Y.M dan Naqiyyah Syam

Penerbit           : Al- Maghfiroh

Tebal               : 202 halaman

Cetakan Pertama Februari 2013

Peresensi         : Rizza Nasir*



ADAKAH  DOSA DI HARIKU BERSAMAMU?


“Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).  Menjadi seorang istri adalah satu fase dalam hidup seorang wanita yang paling diimpikan, bagaimana tidak? Saat usia kita beranjak dewasa, saat diri tak lagi nyaman untuk hidup sendiri. Kita ingin bersuami. Bersuami seorang lelaki yang bisa menuntun kita sampai surga Illahi.


Impian itu akan segera jadi nyata, jika waktu kita telah tiba. Ya, waktu kita. Seperti halnuya kematian, datangnya jodoh kita juga disembunyikan, tak ada yang tahu. Yang harus kita lakukan hanyalah menunggu dan memperbaiki kualitas diri. Agar diri ini pantas menjadi seorang istri. 


Ada banyak hal yang kita lupakan saat kita telah menikah, bukan melupakan sebenarnya, tak mau terlalu peduli. Kebanyakan wanita yang telah menikah malas berhias. “Begini saja dia sudah mau kok” Padahal dulu saat masih gadis, ia berdandan rapi di setiap kesempaatan, berharap ada yang tertarik dan datang melamar. Bukankah begitu? Tidak semua memang, tapi kebanyakan.