![]() |
Suara Akademika yang Memuat Jalanan Bentang |
Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, aku berdiri tepat di depan
pintu perjuangan, mengamati halaman dan ruang kelas yang masih lenggang. Baru
jam enam pagi, pastilah belum ada satu pun muridku yang datang. Gurunya saja
belum, Ah setidaknya sejak kuterapkan sistem potong gaji dua puluh persen untuk
guru yang terlambat, tak ada lagi guru yang datang melebihi pukul tujuh.
Ya, ini adalah sekumpulan kotak-kotak keilmuan, dimana seseorang
yang disebut murid belajar dan seseorang yang disebut guru mengajar. Mencari
dan memberi ilmu. Memberi untuk mencerdaskan bukan hanya karena menggugurkan
kewajiban dan yang penting gajian. Gaji, jangan tanyakan tentang itu, malu aku
menjawabnya. Gaji guru disini hanya dua ratus ribu sebulan. Jauh sekali dari
kata mapan.